Satu Shaf di Belakangmu

Aku tahu, kadang-kadang hidup itu tidak adil--menurut kita, meski sebenarnya Tuhan selalu bersikap adil pada manusia yang diciptakan-Nya. Tetapi pada saat kamu merasa hal itu sedang terjadi, dimana kamu merasa sedang jatuh dan dunia memusuhimu, aku di sini, di satu shaf di belakangmu ketika kamu sudah pulang nanti.

Kamu bilang, aku 'rumah'mu. Bukan bangunan atau gedung, tetapi aku. Jadi, sejauh apa pun kamu pergi, kepadakulah kamu akan selalu kembali. Karena itulah, aku selalu di sini tidak pernah pergi apa pun yang menimpamu, dulu, sekarang, ataupun nanti. Karena akulah tempat kamu bisa selalu pulang. Jadi, setiap hari, aku bersedia menunggu, menyiapkan teh panas sementara kamu mengambil air wudlu. Lalu aku akan bersiap untuk berdiri satu shaf di belakangmu.


Dan ketika kamu lelah, aku juga selalu di sini. Menyediakan bahuku. Menemanimu bercerita untuk mengurai semua kisah satu demi satu, lalu mencari jalan untuk mengatasinya berdua. Karena untuk melihat senyummu, aku masih dengan senang hati berada satu shaf di belakangmu.

Aku akan selalu satu shaf di belakangmu, dalam sholat berdua, atau dalam menjalani hidup berdua. Tidak hanya ketika berbahagia, tetapi juga ketika kamu sedang pada taraf jatuh sehingga tidak punya siapa-siapa. Karena aku tahu, kamu selalu melakukan hal terbaik yang kamu bisa untuk menjaga bahagiaku. Yang kamu minta hanyalah, aku tetap selalu berada di satu shaf di belakangmu. Bukan untuk selalu menjadi buntutmu, tapi untuk berdoa bersama dan berterima kasih bersama atas semua bahagia.
Sumber : namarappucino.com

0 komentar:

Posting Komentar