Museum Tsunami Aceh: Rumoh Aceh as Escape Hill
Museum yang terletak di jantung Kota Banda Aceh tepatnya di Jalan Sultan
Iskandar Muda ini diresmikan pada tahun 23 Februari 2008 oleh Presiden
Soesilo Bambang Yudhoyono. Berfungsi sebagai objek sejarah dan pusat
penelitian tentang tsunami, simbol kekuatan masyarakat Aceh menghadapi
bencana tsunami dan sebagai warisan kepada generasi mendatang bahwa
disini pernah terjadi bencana tsunami.
Desain museum mengusung konsep Rumoh Aceh as Escape Hill hasil
rancangan arsitek M. Ridwan Kamil yang memenangkan lomba desain museum
ini pada tahun 2006. Desain sarat dengan konten lokal namun rancangannya
sangat modern dan futuristik. Digambarkan sebuah rumah panggung
tradisional Aceh dan berfungsi juga sebagai escape hill atau bukit
evakuasi jika terjadi bencana banjir atau tsunami di masa datang.
Sebelum memasuki pintu masuk akan ditemukan sebuah helikopter Polisi
yang hancur diterjang tsunami. Lalu mulai memasuki Lorong Tsunami (Tsunami Alley)
yang sempit, menjulang dan temaram. Disisi kiri dan kanan mengalir air
dan suara gemuruh air seakan mengingatkan peristiwa tsunami. Disini bulu
kuduk kami berdiri.
Kemudian kami memasuki ruangan yang terdiri dari bangunan monumen yang
diatasnya terdapat sebuah LCD yang memperlihatkan foto-foto saat
peristiwa tsunami, seperti bangunan yang hancur, kapal di atas rumah,
mayat-mayat bergelimpangan. Sungguh kami terenyuh melihatnya.
Ruang berikutnya adalah Ruang Sumur Doa (Chamber of Blessing). Di ruangan yang berbentuk lingkaran seperti cerobong ini terdapat ribuan nama-nama korban tsunami. Menjulang ke atas dan diujung atas ada sebuah cahaya dan tulisan arab berlafaz ALLAH. Pesan dari ruangan ini adalah setiap jiwa manusia pasti akan kembali kepada yang maha kuasa. Dengan sayup-sayup suara orang mengaji, suasana menjadi semakin dalam. Tanpa terasa air mata hangat membasahi pipi.
Setelah itu kami naik ke lantai 2 dengan melewati jembatan yang
dirancang sangat futuristik. Seakan tidak
percaya bahwa bangunan ini didesain oleh putra bangsa.
percaya bahwa bangunan ini didesain oleh putra bangsa.
Di ruang pamer temporer disajikan foto-foto berukuran besar pra, saat
dan pasca tsunami. Mungkin kita masih ingat dengan seorang ibu yang
menangis saat memeluk anaknya sudah tidak bernyawa lagi atau seorang
bapak yang berlari menyelamatkan diri hanya mengenakan handuk putih.
Semua itu ada disini dan membuat kami menangis.
Lalu kami memasuki ruangan audio visual. Di ruangan yang seperti mini theathe dengan
kapasitas 30 orang ini kami disuguhi film saat terjadi tsunami 26
Desember 2004 itu. Film tersebut menggambarkan betapa dahsyatnya bencana
tersebut dan betapa lemahnya manusia menghadapi cobaan yang maha kuasa.
Terlihat saat gelombang tsunami memasuki kota Banda Aceh dan berhasil
direkam oleh beberapa warga dengan video amatir. Meratakan dan menyeret
semua yang dilewatinya. Rumah. Pohon. Kendaraan. Namun jika takdir belum
menjemput, terlihat seorang kakek renta yang sedang menyelamatkan diri
padahal dibelakangnya datang gelombang tsunami, dalam hitungan detik dia
naik ke tempat yang lebih tinggi dan berhasil menyelamatkan diri. Dan,
saat film selesai, terlihat hampir semua orang mengusap matanya.
Selanjutnya kami naik ke lantai 3. Disini disajikan beberapa ruangan
untuk memorabilia setelah tsunami seperti sebuah jam besar yang
menunjukkan waktu saat terjadinya tsunami, sepeda motor dan sepeda yang
hancur. Semua itu sumbangan dari warga yang rela barangnya ditempatkan
di museum ini. Selain itu ada juga diorama saat tsunami melanda beberapa
daerah. Seperti diorama sebuah mesjid yang berdiri kokoh diterjang
tsunami sementara bangunan lain semuanya rata dengan tanah.
Ruangan lain memberikan informasi pengetahuan tentang tsunami dan
bencana lainnya. Juga ada ruang simulasi gempa. Disini kita bisa
merasakan saat terjadi gempa yang sesungguhnya. Ada juga ruangan
perpustakaan yang berisi buku-buku tentang bencana sumbangan dari
berbagai pihak. Dan terakhirnya ada ruangan khusus cindera mata.
Setelah itu kita kembali turun ke lantai 1 dan bisa beristirahat di
dalam cafe yang nyaman. Tanpa terasa 2 jam waktu dihabiskan di tempat
ini. Namun banyak sekali manfaat yang kita peroleh dari museum ini.
Bencana bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, namun kita bisa
mengantisipasinya untuk meminimalisir jumlah korban. Satu yang tidak
bisa dilawan yaitu takdir dari yang maha kuasa.